Jumat, 16 Maret 2018

kesenian NTB

Kesenian  NTB Dan Penjelasannya


1. Wali Buja Kadanda

Tari Buja Kadanda, Tarian Tradisional Dari NTB
Tari Buja Kadanda


Tari Buja Kadanda adalah tarian tradisional berasal dari Bima, NTB. Tarian ini menggambarkan dua prajurit yang sedang berperang. Tarian ini biasanya akan dibawakan oleh 2 (dua) orang penari pria yang berpakaian prajurit bersenjatakan tombak dan juga perisai. Menurut sejarah, Tari Buja Kadanda ini awalnya merupakan tarian yang tumbuh serta berkembang di luar istana kerajaan. Sehingga bisa diartikan bahwa tarian ini murni diciptakan oleh rakyat. Berkat dukungan dari Kerajaan Bima dan juga para seniman istana, tarian ini kemudian mulai dikenal oleh masyarakat luas. 


Buja kadanda sendiri merupakan sebuah tombak berumbai bulu ekor kuda yang digunakan para penari sebagai atribut dalam menarinya. Oleh karena itu tarian ini juga disebut dengan Tari Buja Kadanda atau juga Mpa’a Buja Kadanda. Tarian ini diciptakan untuk mengenang dan mengapresiasi dari perjuangan para prajurit dalam mempertahankan daerah mereka.


2. Tari Gandrung Lombok

Tari Gandrung Lombok, Tarian Tradisional Dari NTB
Tari Gandrung Lombok

Tari Gandrung Lombok adalah kesenian tari tradisional yang berasal dari Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tarian ini dilakukan secara berpasangan antara para penari wanita dan pria. Tari Gandrung Lombok ini sebenarnya hampir mirip dengan tari gandrung yang terdapat di Jawa maupun Bali, hanya saja terdapat beberapa perbedaan yang menjadi ciri khasnya, baik itu dari segi gerakan, kostum ataupun penyajian pertunjukannya.

Tari Gandrung Lombok ini awalnya hanya dipertunjukan sebagai bagian hiburan untuk para prajurit pada saat pulang dari medan perang. Namun dengan seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini kemudian menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat di sana. Selain untuk hiburan, tarian ini juga memiliki nilai seni dan juga nilai historis didalamnya. 

3. Tari Lenggo

Tari Lenggo, Tari Tradisional Dari NTB
Tarian lenggo

Tarian Lenggo adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Bima, provinsi NTB. Tarian ini dibagi menjadi 2 (dua) jenis tarian yaitu Tari Lenggo Melayu dan Tari Lenggo Mbojo. Di Lenggo Melayu tarian ini biasanya akan dimainkan oleh penari laki-laki, sedangkan Tari Lenggo Mbojo akan dimainkan oleh penari wanita. Tarian Lenggo pada awalnya merupakan tarian klasik yang muncul dan berkembang di istana Kerajaan Bima, dan hanya tampil dalam acara-acara tertentu.

Menurut sumber sejarah, Tarian Lenggo yang pertama diciptakan oleh Tari Melayu Lenggo. Tarian Lenggo Melayu ini diciptakan oleh seorang mubalig dari Sumatera Barat, bernama Datuk Raja Lelo. Tarian ini awalnya dibuat khusus untuk upacara adat Hanta Ua Pua yang diadakan di daerah Bima. Tarian Melayu Lenggo dilakukan oleh penari laki-laki, sehingga orang-orang dari Bima sering menyebutnya Tari Lenggo Mone.

Terinspirasi oleh Tari Lenggo Melayu, maka Sultan Abdul Khair Sirajuddin menciptakan tarian yang dilakukan oleh penari putri bernama Tari Lenggo Mbojo, yang juga dikenal dengan Tari Lenggo. Gerakan Tari Lenggo Mbojo ini merupakan hasil dari penciptaan dan pengembangan Tari Melayu Lenggo. Tarian ini kemudian sering ditampilkan dalam upacara adat Hanta Ua Pua, sebuah peringatan untuk masuknya Islam di Bima, Provinsi NTB.


4. Tari Nguri

Tari Nguri, Tarian Tradisional Dari NTB
Tari Nguri

Tari Nguri adalah salah satu tarian tradisional dari Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tarian ini dibawakan oleh para penari wanita secara berkelompok. Tarian ini menggambarkan keterbukaan dan keramah-tamahan dari masyarakat Sumbawa yang dicurahkan dalam bentuk gerakan tari.

Tarian Nguri ini berasal dari tradisi nguri yang dilakukan oleh orang Sumbawa dulu, dimana masyarakatnya mendorong raja yang mengalami berbagai masalah atau bencana yang melalui berbagai persembahan. Tradisi adalah dukungan, penghormatan dan dedikasi masyarakat terhadap raja yang berkuasa dan untuk menciptakan kemakmuran bagi bangsanya sendiri.

Terinspirasi dari tradisi masyarakat tersebut, salah satu seniman yang berasal dari Sumbawa bernama H. Mahmud Dea Batekal menciptakan sebuah tarian yang bernama Tari Nguri ini. Tarian ini dikemas dengan gerakan yang penuh makna serta gaya khas dari Sumbawa. Tari Nguri ini lalu mulai dikenal oleh masyarakat melalui berbagai acara budaya yang diselenggarakan disana. Dalam setiap acara tersebut, Tari Nguri ini selalu dijadikan tarian utama yang wajib dibawakan oleh para peserta, sehingga dapat berkembang pesat dikalangan masyarakat Sumbawa. 

5. Tari Rudat

Tari Rudat, Tarian Tradisional Dari NTB
Tari Rudat

Tari Rudat adalah tarian tradisional yang masih sering ditampilkan di Pulau Lombok, Provinsi NTB. Pertunjukannya Tari Rudat ini sangat kental akan nuansa Islami baik itu dari segi kostum, lagu ataupun pengiring pertunjukan. Tari Rudat ini biasanya ditampilkan diberbagai acara seperti Khitanan, Maulid Nabi, Khatam Al-Quran, peringatan Isra Mi’raj dan juga acara peringatan hari besar Islam lainnya.

Sejarah tentang asal mula dari Tari Rudat ini masih belum diketahui, tetapi dari beberapa sumber mengatakan bahwa tarian ini berasal dari Negara Turki dan telah ada sejak masuknya agama Islam ke Indonesia. Tarian ini digunakan oleh para Ulama terdahulu sebagai media dalam penyebaran agama Islam. Banyak yang mengatakan juga bahwa, Tari Rudat ini merupakan perkembangan dari Dzikir Saman dan juga Budrah. Dzikir Saman ini merupakan kesenian tari dengan gerakan pencak silat dan juga disertai dengan dzikir. Sedangkan pada Budrah merupakan nyanyian yang diiringi dengan iringan dari seperangkat musik rebana yang berukuran besar.

6. Tarian Wura Bongi Monca

Tari Wura Bongi Monca, Tarian Tradisional Dari NTB
Tarian Wura Bongi Monca

Tari Wura Bongi Monca adalah tarian tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau penyambutan tamu. Tarian ini dilakukan oleh para penari perempuan secara berkelompok dengan gerakan yang sangat lemah lembut sambil menaburkan beras kuning sebagai simbol dari penghormatan dan harapan.

Menurut beberapa sumber yang ada, Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang telah ada dan berkembang dimasa Kesultanan Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1640 sampai 1682. Tarian ini ditampilkan untuk menyambut kedatangan dari para tamu istana yang sedang berkunjung. Dengan paras cantik dan juga gerakan yang gemulai, para penari menyambut kedatangan para tamu sambil menaburkan beras kuning sebagai simbol dari penghormatan dan harapan. Nama Tari Wura Bongi Monca ini sendiri diambil dari bahasa Bima yang artinya menabur beras kuning. Sehingga tarian ini bisa diartikan sebagai tarian penabur beras kuning. 

7. Tari Oncer

Tari Oncer, Tarian Tradisional Dari NTB
Tari Oncer

Tari Oncer merupakan tarian tradisional yang berasal dari kebudayaan masyarakat suku sasak di Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tarian ini merupakan tarian yang diciptakan oleh Muhammad Tahir, tepatnya di desa Puyung, Kabupaten Lombok Tengah ditahun 1960.

Dalam pertunjukannya, Tari Oncer ini biasanya akan dimainkan oleh 3 kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut merupakan kelompok penari kenceng yang pada umumnya terdiri dari 6 sampai 8 orang penari dengan membaca kenceng, 1 orang pembawa petuk yang disebut dengan penari petuk, dan 2 orang pembawa gendang yang disebut dengan penari gendang.

8. Negara Sere

Tarian Sere adalah tarian klasik Istana Bima yang diciptakan oleh Sultan Abdul Khair Sirajuddin. Tarian ini umumnya dimainkan oleh 2 petugas kesultanan yang dipersenjatai dengan armor dan tombak. Dengan wajah tegar dan keberaniannya yang cemerlang, kedua perwira itu kemudian melompat dan berlari ke segala arah dengan membawa tombak untuk menyerang dan mengusir serangan musuh. Sebagai ray di hadapan musuh Dou Labo Dana (Orang dan Negara Bagian). Di acara tersebut, para penari sering melakukan lompatan bergerak sambil berlarian, karena inilah tarian tersebut bernama mpa'a sere, yang berarti meloncat saat berlari (sere).

Tari Sere umumnya akan diiringi musik tambu (tambur). Sampai saat ini, tarian masih tetap eksis dan kerap digelar atau dipertunjukkan ketika penyambutan para tamu-tamu penting diacara-acara Pemerintah maupun diperayaan Hanta UA PUA di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

9. Beleq Drum Dance

Tari Beleq Gendang adalah salah satu tarian tradisional Lombok. Dinamakan demikian karena menggunakan drum yang sangat besar. Bahkan seni Belgy Gendang ini telah menjadi tradisi yang harus dilakukan oleh orang-orang Sasak sejak lama dan merupakan seni peninggalan dari Kerajaan Lombok Selaparang yang pernah mendominasi bagian timur Lombok di kerajaan Anak Agung.

Panggil Beleq Gendang, karena memakai drum besar dalam bahasa suku suku disebut Beleq. Kesenian Beleq Drum ini awalnya digunakan oleh tokoh agama dalam menyebarkan Islam di daerah ini. Saat itu, seni dimainkan untuk mengumpulkan warga, yang akan diberi kuliah agama atau kegiatan keagamaan lainnya. Dalam memainkannya, dibutuhkan kohesi dalam kelompok, jadi harus dimainkan secara penuh. Untuk musik yang dimainkan, biasanya menggambarkan kesatria masyarakat Sasak Lombok dalam mempertahankan daerah tersebut.

Di zaman kerajaan Selaparang, umumnya tari Gendang Beleq ini dipentaskan untuk melepas para prajurit ke medan peperangan. Tujuannya, supaya para prajurit yang akan berlaga di sebuah medan pertempuran tetap bersemangat dan juga bergairah dalam membela daerahnya ketika itu. Demikian juga sesudah para prajurit pulang dari medan peperangan, mereka akan disambut kesenian Gendang Beleq di pintu masuk desa, sebagai bentuk ucapan syukur atas perjuangan mereka. Tradisi Gendang beleq ini masih kerap dilakukan sampai saat ini untuk menyambut para tamu undangan.


10. Genggong


genggong
genggong
Genggong adalah alat musik unik yang dimainkan dengan cara ditiup hampir mirip dengan harmonika. Hanya saja alat musik genggong ini terbuat dari bambu dan bentuknya sedikit lebih unik dibanding dengan harmonika. Suara yang dihasilkan juga unik dan merdu.

Genggong pada umumnya hanya memainkan lagu-lagu yang berlaras Slendro. Untuk membunyikannya, genggong dipegang dengan tangan kiri dan menempelkannya ke bibir. Tangan kanan memetik "lidah"nya dengan jalan menarik tali benang yang diikatkan pada ujungnya. perubahan nada dalam melodi genggong dilakukan dengan mengolah posisi atau merubah rongga
mulut yang berfungsi sebagai resonator.

11. Muri

Alat Musik Muri
Muri
Muri ini juga hampir sama dengan klarinet hanya saja muri terbuat dari daun. Cara memainkannya adalah dengan cara ditiup, suara yang dihasilkan sangat merdu dan unik.


12.Sarone

Sarone
Sarone
Sarone adalah sebuah alat musik tiup dari Kabupaten Bima Dompu yang termasuk golongan aerofon yang berlidah dan dimainkan dengan cara ditiup / ufi.

Sarone dibuat dari dua bahan pokok yaitu buluh ( jenis bambu kecil) dan daun lontar. Lolo dan anak lolo terdiri atas bulu.. Pada lolo terdapat 6 (enam) bongkang ( lubang) di atas, dan satu lubang di bawah. Cara melubangi dilakukan dengan menggunakan kawat besar yang dibakar. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo. Sedang lubang yang ada di bawah, jaraknya ½ (setengah )dari jarak antara dua lubang diatas.

Pal 13. Druridana

Druridana
Druridana, 
Sumber: hisyam-rahmadian.blogspot.com
Duridrana adalah alat musik yang menyerupai garputala. Sama seperti garputala, Druridana berbentuk seperti garpu yang hanya memiliki dua gigi seperti huruf “y”. Jika dihentakkan akan menghasilkan resonansi pada frekuensi tertentu. Alat musik ini terbuat dari bambu.


sumber:
http://www.kamerabudaya.com/2017/12/inilah-9-tarian-tradisional-dari-ntb-dan-penjelasannya.html
https://semuatentangprovinsi.blogspot.co.id/2016/06/alat-musik-tradisional-provinsi-nusa-tenggara-barat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar